Jalan-jalan Ke Cirebon







WISATA KULINER DAN KE KAMPUNG BATIK

Bosan weekend di Bandung atau Puncak? Ini ada alternatif lain jalan-jalan seru sambil berwisata kuliner dan belanja batik, yakni ke Cirebon. Bisa pulang pergi naik Cirebon Express, berangkat pk 06.00, pulang pk 18.30. Dengan harga karcis kelas Eksekutif Rp 150.000 (PP) , di Cirebon kita bisa menikmati panganan khas yang lezat-lezat (semua). Ada Empal Gentong, Nasi Lengko, Sate Kambing, Mie Koclok (bukan kocok) , dll.



Dari Jakarta, begitu selesai Subuh, siap-siap berangkat ke Gambir. Pk 05.30 Tiba disana.. sudah ada teman-teman sekampus, yakni Mas Anto, Mbak Tuty, Mas Ikrar, Mbak Taty dan Mas Mukti. Lalu disusul Mbak Susi, dan “last minute” Mbak Bunga yang datang tergopoh-gopoh.. nyaris telat. Kereta mau berangkat pk 06.00. Eh dia baru datang 10 menit sebelumnya.. katanya semalam gak bisa tidur.. dan niat mau gak ikutan.. tapi akhirnya berubah pikiran.. jadilah terburu-buru.. Oh ya, Tidak lupa bawa bekal. Mbak Taty bawa roti, aku bawa Lalampa (Lemper Menado) dan Sambosa. Mbak Tuty rupanya penuh dengan persiapan matang, dia bawa satu termos besar isi wedang jahe, dan lontong..



Keretanya lumayan bersih dan nyaman.. yah anggap aja naik TGV.. begitu kata Mbak Taty. Kalau Mas Ikrar cerita, katanya pernah naik Shinkanzen.. saking lajunya, sampai air di gelas tidak bergoyang.. tapi gak apa-apa deh naik kereta PJKA juga sudah senang, apalagi sama teman-teman serombongan.. seru banget. Ngobrolnya ya biasa deh obrolan anak politik ada Mas Budiarto “Kompas” Shambazy dan Ikrar “LIPI” Nusa Bhakti yang sibuk ngebahas soal “Century Gate”. Juga Mbak Bunga “Adan Buyung” yang ikutan ngebahas soal KPK dan POLRI. Komentatornya Mas Anto dan Mbak Taty dan Mbak Tuti. Moderatornya Mas Mukti. Aku dan Mbak Susi cukup menjadi pendengar yang baik.. Kalau Mbak Sari melakukan meditasi “inner journey” alias tidur.. he..he.. Capek bicara politik, lalu Mas Ikrar yang jadi sasaran ledekan.. maklum dia lagi “berbunga-bunga..” duh senangnya.. Kita turut berbahagia.. semoga sakinah, mawadah warohmah, apa lagi orangnya amanah, fatonah dan istiqomah.. he..he..


Tiba di Cirebon pk 09.15. Kami langsung menuju ke mobil sewaan (Suzuki APV). Kami menyewa 2 mobil tersebut. Kebetulan rombongan belum sarapan.. (kalau tadi di kereta namanya bukan sarapan, tapi ngemil) jadi, langsung mencicipi Empal Gentong “Ibu Dharma” yang letaknya di Jalan Slamet Riyadi, tidak jauh dari stasiun kereta.. Kata sang supir empal disini enak.. dagingnya empuk, kuahnya tidak terlalu kental dan rasanya segar. Mas Ikrar bingung, koq empal begini, ada kuahnya? Ini sih namanya soto. Kalau empal tuh yang digoreng, begitu katanya. Mungkin maksudnya Empal Gepuk. Lain lubuk lain ikannya mas.., lain daerah lain ciri khas masakannya.. Nah kalau gak kesini kan gak tahu salah satu kekayaan kuliner di Indonesia.



Selesai sarapan, lalu menuju ke Ke Obyek Wisata Cibulan di derah Kuningan, tepatnya di Desa Maniskidul. Terdapat kolam seluas 600 meter 2 yang dibangun tahun 1939. Luas Areanya 5 ha, ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi dan rindang. Airnya dingin dan jernihh sekali , dengan dasar kolam berbatuan. Kita bisa berenang bersama Ikan Kancra Putih yang dijuluki Ikan Dewa. Mbak Bunga awalnya ingin berenang bersama ikan, tapi “dimarahin” sama Mbak Taty. Katanya nanti heboh, he..he..



Dari kolam renang, kami menuju ke Rumah Linggarjati. Di Jaman Jepang, Rumah tersebut adalah hotel, lalu setelah merdeka, dijadijkan tempat berlangsungnya perundingan Linggarjati. Didalamnya terdapat foto, diorama dan perabotan yang digunakan selama acara perundingan berlangsung. Rumahnya masih terwat dan cukup bersih, kami menumpang sholat disini.











(Dua tahun yang lalu, saya pernah berkunjung ketempat ini, lihat : http://intasari.blog.friendster.com/2007/06/perundingan-linggarjati/ ).

Seusai menikmati “sejarah’ perjuangan pendiri bangsa yang berunding untuk menjadi Indonesia merdeka secara utuh, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan Pk13 lewat. Sambil jalan, iseng-iseng aku buka Facebook. Ada komentar dari Mas Omen tentang satusku di FB tentang jalan-jalan ke Cirebon :

Omen Norman Soni Sontani
Selamat datang di kampung halamanku.. Jangan kelewat sate kambing yang di jalan gunung sari , itu sate kambing paling enak sedunia :-)) . Di tempat nasi lengko Pagongan juga enak satenya. Sate di Cirebon rasanya laen , cara memanggang , kecap dan sambelnya laen. Wah jadi ngiler..

Terima kasih utnuk teman-temanku yang lain di FB. Ada juga teman SMAku yang kasih komentar, Eko Birawanto dan Dento. Ini dari Tira Merangin :
Empal gentong n nasi jamblang yg enak dkt hotel Grage cirebon meit...trus kalo mau spa air di htl grage kuningan deh...muantaap!!
Beli oleh2 tape dll di "toko Kita" di kuningan..jgn lupa beli manisan "bunga rosela"..hhhmm pokoknya asyik deh..!have a nice time dear..

Hmm.. boleh juga masukan dari teman-teman di FB. Meski sudah waktunya makan siang, tapi kami menyempatkan diri mampir terlebih dahulu untuk beli oleh-oleh. Ada banyak pilihan toko oleh-oleh.. bingung cari toko yang diusulkan Tira, akhirnya kami ke “Teh Diah”,, beli rengginang keju, kerupuk, opak, dodol, manisan, Kami juga beli Jeniper, yakni minuman botol ada yang dalam bentuk sirup dan ada juga yang siap minum seperti UC 1000. Oh ya maksudku, juniper itu Jeruk Nipis Peres.. Diminum dingin-dingin hmm segar.. Mas Anto beli kerupuk kulit ikan.. Mas Ikrar beli segala macam oleh-oleh.. waduh.. kalau perlu tokonya sekalian dibeli… he..he..

Tibalah saatnya makan sate kambing. Si Pak Supir berhenti di Resto Simpang Tiga. Katanya menunya lebih variatif, ada ayam, daging sapi dan ikan. Berhubung gak semua mau makan daging kambing.. eh cuma satu yang gak mau.. yang lainnya ternyata suka. Mbak Bunga nyoba Soto Dengkil. Mbak Taty, sate ayam. Yang lain pesan sate dan sop kambing. Mas Ikrar pesan gulai. Hmm.. enak gila! Daging satenya empukk dan gak bau kambing. Makanan yang dipesan langsung habis.. tidak berlebihan pesannya takut mubazir tapi selain itu juga karena sudah pada lapar.. Pesan untuk 10 orang plus dua supir habisnya cuma Rp 196.000 saja.



Tibalah saatnya belanja.. Rombongan menuju ke Kampung Batik di daerah Trusmi (mungkin Trust Me, kali ya..?). Disini kami menghabiskan waktu hampir 3 jam. Memilih dan memilah batik. Mas Ikrar panik.. beli ini itu untuk orang-orang tercintanya.. Batik disini bagus-bagus, disainya antik. Ciri khasnya Mega Mendung. Tapi yang bukan Mega Mendungpun bagus. Aku dapat Batik Tulis Mega Mendung, warna langka dengan desain kecil-kecil (sengaja gak mau pilih corak besar) seharga Rp 55.000. Terus, sarung batik tulis ala kompeni seharga Rp 75.000, rok batik Rp 60.000, dan kain batik print seharga Rp 40.000. Aku pilih yang harga terjangkau tapi bagus.. Yang mahalpun ada dari 400.000-900.000. Disini batiknya gak sampai jutaan.. tapi semuanya bagus-bagus. Dan designnya gak massal. Hampir setiap batik corak atau warnanya beda.. Mbak Taty dapat kain batik ATBM perpaduan warnanya pink lembut dan hijau, satu stel : blus, kain dan selendang. Cantik banget deh ! Cuma ada satu. Mbak Sari beli beberapa sarung dan kain, Mbak Susi beli beberapa sarung kompeni. Dia sih baik, yang dipikirkan pertama kali adalah membelikan kain kemeja batik untuk suami tercinta.

Selesai belanja.. waktu tinggal 1,5 jam lagi. Pk 18.00 sudah harus ada di terminal. Mbak Susi menyarankan kami makan Mie Koclok. Katanya kalau gak nyobain Mie Koclok sepertinya kurang lengkap. Lalu kami menuju ke Jalan Siliwangi. Mie Koclok (bukan Mie Kocok) ini, pernah masuk televise acara kuliner Mak Nyoss. Kami yang perempuan mencoba masing-masing setengah porsi. Kecuali untuk si mas-mas dan para supir masing-masing satu porsi. Rasanya? Tanya Mas Budi dan Mas Anto deh.. mereka suka sekali, meski penampilan mienya kurang menyakinkan. Kata Mbak Susi “ don’t judge the book from its cover” , untuk mie ini, ungkapan tersebut berlaku juga..



It's time to go home.. keretanya lepas landas (he..he..) pk 18.30. Sampai di terminal Pk 18. bye-bye Cirebon.. kapan-kapan kesana lagi, mau lihat Istana Kanoman, Istana Kacirebonan, Masjid Agung Kasepuhan dan ke Rattan Village. Ingin coba juga spa. wah banyak deh.. Mudah-mudahan ada waktu dan kesempatan.

Terima kasih untuk Mbak Susilowati Natakoesoemah yang sudah jadi EO dan teman-teman semua yang membuat perjalanan ini terasa menyenangkan.




Jakarta, 21 November 2009

-meita-